Bukan Sekadar Bantu, Ini Pentingnya Ayah Pahami Mental Load Ibu

“Kan aku udah bantu mandiin anak, ya harusnya cukup, dong.”

Kalimat ini terdengar ringan, tapi seringkali menyimpan lapisan perasaan yang tidak terlihat. Bagi banyak ibu, kata “bantu” saja, sudah cukup menunjukkan ketimpangan. Seolah pengasuhan adalah tugas utama ibu, sementara ayah hanya ‘membantu’ jika sempat.

Padahal, di balik rutinitas harian yang terlihat sederhana, ibu menyimpan beban tak kasat mata yang disebut mental load. Ini adalah beban berpikir, mengingat, mengatur, dan merawat secara terus-menerus. Ibu menjadi manajer keluarga 24 jam sehari. Mulai dari jadwal imunisasi, urusan sekolah, kebutuhan anak, hingga memastikan semua berjalan dengan baik. Semua itu dilakukan sambil tetap mengatur emosi, tersenyum, dan ‘tampak baik-baik saja’.

Sementara itu, banyak ayah merasa sudah cukup terlibat karena mengganti popok, bermain dengan anak, atau mengantar ke dokter saat dibutuhkan. Tapi pengasuhan bukan soal siapa melakukan apa, melainkan siapa yang benar-benar hadir sepenuhnya.

Mental Load Itu Nyata, Meski Tak Terlihat

Kelelahan emosional tidak selalu muncul dalam bentuk keluhan. Kadang justru terlihat dalam diam, mudah tersinggung, atau rasa "sendiri" yang sulit dijelaskan.

Ketika ibu merasa semua urusan keluarga ada di pundaknya, sementara ayah merasa sudah cukup karena telah “ikut bantu,” di situlah letak kesenjangan yang sering tidak disadari.

Menurut studi yang dilakukan oleh Daminger (2019) dalam Gender & Society, mental load adalah bentuk kerja kognitif yang sering tidak terlihat namun terus menerus dilakukan oleh perempuan dalam rumah tangga. Beban ini tidak hanya melelahkan, tapi juga berdampak pada kesehatan mental dan relasi pasangan.

Peran Ayah Bukan Tambahan, Tapi Kebutuhan

Ayah bukan figuran dalam cerita keluarga. Keterlibatan ayah seharusnya bukan hanya saat dibutuhkan, tapi menjadi bagian utuh dari keseharian anak. Anak tidak hanya butuh figur otoritatif, tapi juga sosok yang bisa memeluk, menenangkan, dan memahami.


Menurut Lamb dan Lewis (2013), keterlibatan emosional ayah secara konsisten berkontribusi positif terhadap perkembangan sosial, emosional, dan kepercayaan diri anak. Kehadiran ayah bukan hanya berdampak pada anak, tetapi juga memberikan ruang bagi ibu untuk bernapas secara fisik maupun emosional.

Mulai dari Momen Sederhana

Salah satu bentuk kehadiran emosional bisa dimulai dari hal yang kecil, seperti menemani anak rewel saat bangun tidur, atau membantu membuat rutinitas pagi lebih tenang. Saat ayah mengusap punggung anak dengan lembut, mendengarkan ceritanya, atau hanya hadir penuh tanpa distraksi, di situlah rasa aman anak terbentuk.


Komunikasi dan Kolaborasi, Bukan Asumsi dan "Bantuan"

Kunci keharmonisan bukan hanya di pembagian tugas, tapi di rasa saling dipahami.

Ketika ayah berhenti bertanya “Apa yang harus aku bantu?” dan mulai bertanya “Apa yang bisa kita bagi?”, maka rumah bukan lagi medan peran yang timpang. Rumah menjadi tempat di mana anak tumbuh dengan dua cinta yang setara, dan ibu merasa ditopang, bukan dituntut.

Anak Butuh Dua Orang Tua yang Hadir, Bukan Satu yang Kewalahan

Menjadi orang tua bukan soal siapa yang paling capek, tapi tentang bagaimana berjalan beriringan.

Karena anak bukan hanya belajar dari apa yang kita katakan, tapi dari bagaimana kita hadir. Dan kehadiran yang paling berarti sering kali dimulai dari hal paling sederhana: pelukan, kata yang hangat, atau usapan penuh kasih setiap pagi.

Dengan kehangatan dan kebersamaan yang konsisten, anak akan tumbuh percaya bahwa cinta hadir dalam bentuk perhatian kecil yang terus-menerus.

Sentuhan Hangat dari Ayah, Rasa Aman untuk Anak

Peran ayah dalam membangun kenyamanan anak bisa dimulai dari momen sederhana, seperti rutinitas pagi atau menjelang tidur, seperti misalnya membangunkan anak dipagi hari dengan lembut atau bercerita sambil memijat ringan sebelum tidur. Usapan lembut dari Konicare Minyak Telon Plus Lavender tak hanya memberikan kehangatan fisik, tapi juga rasa aman emosional yang penting dalam tumbuh kembang anak.

Dengan kombinasi bahan alami pilihan terbaik, minyak telon yang hangat dan wangi lembut premium dari  lavender essential oil yang menenangkan, Konicare Minyak Telon Plus Lavender membantu anak merasa lebih rileks dan nyaman. Perlindungan dari gigitan nyamuk & serangga hingga 8 jam membuat si kecil aman terlindungi dan bebas beraktivitas tanpa terganggu.

Gunakan sebagai bagian dari bonding ayah dan anak, karena sentuhan penuh kasih adalah bentuk cinta yang paling sederhana, tapi paling bermakna. Temukan lebih banyak inspirasi pengasuhan penuh cinta dan rekomendasi perawatan anak yang lembut hanya di akun media sosial kami, follow Instagram dan TikTok @bundakonicare untuk momen parenting setiap hari ya.




___

Referensi: 

Daminger, A. (2019). The Cognitive Dimension of Household Labor. Gender & Society, 33(3), 337–362. https://doi.org/10.1177/0891243219840573
Lamb, M. E., & Lewis, C. (2013). Father-child relationships. In N. Cabrera & C. S. Tamis-LeMonda (Eds.), Handbook of Father Involvement: Multidisciplinary Perspectives (2nd ed., pp. 119–134). Routledge.



Artikel Terkait

BACK TO TOP