Toxic Tanpa Disengaja: Kebiasaan Kecil Orang Tua yang Berdampak Besar

Tidak ada orang tua yang sempurna. Kita semua pernah marah, pernah keceplosan, pernah menuntut anak lebih dari yang ia mampu. Tapi tahukah, Bun? Ada kalanya hal-hal kecil yang kita anggap biasa ternyata bisa berdampak besar bagi tumbuh kembang Si Kecil, terutama pada sisi emosional dan psikologisnya.

Pola asuh seperti ini kerap disebut sebagai toxic parenting. Bukan karena adanya kekerasan fisik, tapi karena adanya tekanan emosional, candaan yang menyakiti, ekspektasi tinggi yang tak realistis, atau sikap yang tanpa sadar membuat anak merasa tidak cukup baik. Dan rumitnya, yang membuat hal tersebut sulit dikenali adalah karena semua itu seringkali dilakukan dengan niat yang baik.

“Niatnya Mendidik, Tapi Kok Malah Menyakiti?”

Orang tua yang toxic seringkali tidak sadar bahwa dirinya sedang melukai hati anak. Misalnya ketika orang tua:


  • Sering membandingkan anak dengan anak lain. =>Pola asuh seperti ini kerap disebut sebagai toxic parenting. Bukan karena adanya kekerasan fisik, tapi karena adanya tekanan emosional, candaan yang menyakiti, ekspektasi tinggi yang tak realistis, atau sikap yang tanpa sadar membuat anak merasa tidak cukup baik. Dan rumitnya, yang membuat hal tersebut sulit dikenali adalah karena semua itu seringkali dilakukan dengan niat yang baik.
  • Menaruh standar tinggi dan tidak memberi ruang gagal
  • Mengabaikan emosi anak dan menyuruhnya “jangan nangis!”
  • Melontarkan kritikan pedas yang dibungkus dengan candaan
  • Mengungkit-ungkit pengorbanan secara berulang

Semua itu bisa membentuk luka yang tidak terlihat. Anak tumbuh dengan kepercayaan diri rendah, mudah stres, merasa tidak pantas dicintai, atau bahkan kesulitan menjalin hubungan sehat di masa depan.


Lingkaran Setan yang Bisa Diputus

Menurut para psikolog, toxic parenting bukan pola yang muncul tiba-tiba. Seringkali, orang tua yang seperti ini adalah mereka yang juga tumbuh di lingkungan yang tidak sehat. Karena tidak mengenal pola hubungan yang positif, mereka tanpa sadar mengulangnya kepada anak.

Kabar baiknya, Bun, pola ini bisa dihentikan. Semua bisa dimulai saat Bunda menyadari dan dengan perlahan berani mengubahnya, sekecil apapun langkahnya.

Mulai dari Momen Kecil yang Dipenuhi Kasih

Mengasuh anak tidak selalu harus lewat ceramah panjang atau metode yang rumit. Justru, anak-anak belajar banyak dari hal-hal kecil yang konsisten: cara kita memandikan mereka dengan lembut, menenangkan mereka saat tantrum, mendengarkan dengan penuh perhatian, atau bahkan membiarkan mereka memilih bajunya sendiri.

Di setiap rutinitas harian, terselip kesempatan untuk membangun hubungan yang sehat. Ketika anak merasa aman, didengar, dan dicintai tanpa syarat, itulah fondasi kuat yang akan terus ia bawa sampai dewasa.

Konicare, Pilihan Terbaik dalam Setiap Proses Bonding Keluarga

Konicare percaya bahwa tumbuh kembang anak bukan hanya soal fisik, tapi juga tentang membangun bonding emosional yang kuat bersama keluarga. Setiap momen, dari waktu mandi, pijat sebelum tidur, hingga pelukan setelah tantrum adalah kesempatan untuk memperkuat bonding yang hangat dan penuh cinta.

Itulah mengapa Konicare hadir sebagai pilihan terbaik. Dengan kandungan yang lebih alami dan lebih lembut, Konicare siap menemani Bunda dan keluarga dalam rutinitas harian. Bukan sekadar rangkaian perawatan anak, tapi bagian dari perjalanan tumbuh bersama yang lebih menyeluruh. Karena anak tidak butuh orang tua yang sempurna—mereka hanya butuh orang tua yang mau belajar, hadir, dan tumbuh bersama mereka.

Dan Bunda, nggak sendirian kok. Kalau Bunda butuh teman cerita atau tips parenting lainnya, jangan lupa follow @bundakonicare di Instagram dan TikTok, ya, Bun.


___

Referensi:

Brain Academy by Ruang Guru: Mengenal Toxic Parenting dan Dampak Buruknya Bagi Kesehatan Mental Anak [Daring]. Tautan: www.brainacademy.id/blog/apa-saja-dampak-buruk-toxic-parenting-bagi-kesehatan-mental-anak

Lela Latifa. 7 Dampak Toxic Parent bagi Anak. parenting.co.id. [Daring]. Tautan: www.parenting.co.id/usia-sekolah/7-dampak-toxic-parent-bagi-anak




Artikel Terkait

BACK TO TOP