Anak Sulit Terbuka? Inilah Kesalahan Orang Tua yang Tak Disadari

Bunda dan Ayah, pernahkah merasa bingung karena anak terlihat pendiam dan jarang bercerita tentang kesehariannya? Padahal, banyak anak sebenarnya ingin berbagi cerita, hanya saja mereka ragu apakah orang tua benar-benar akan mendengarkan kisahnya tanpa menghakimi. Keterbukaan anak sangat bergantung pada rasa aman dan pengalaman komunikasi sehari-hari bersama orang tua. Menurut penelitian, validasi emosional dari orang tua berperan penting dalam membuat anak merasa diterima dan mendorong mereka lebih berani untuk terbuka (Jeon et al., 2024).


Ciptakan Ruang Aman untuk Bercerita

Anak akan lebih mudah terbuka ketika merasa aman secara emosional. Rasa aman ini muncul saat orang tua mau mendengarkan tanpa buru-buru mengoreksi atau menggurui. Mendengarkan dengan penuh perhatian membuat anak merasa bahwa cerita dan dirinya penting. Sebuah studi mengemukakan bahwa keseimbangan antara mendengarkan dan memberikan solusi adalah kunci pola asuh yang mendukung, karena anak belajar bahwa emosinya valid sebelum diarahkan untuk bertindak (Weinstein et al., 2023). Dengan begitu, anak tidak merasa ditolak atau disepelekan saat sedang berbagi cerita.


Validasi Emosi Anak, Bukan Menghakimi

Ketika anak bercerita tentang rasa takut, kecewa, atau marah, respons kita sangat menentukan apakah ia akan terus terbuka atau justru menutup diri. Penelitian menunjukkan bahwa orang tua yang sering memvalidasi emosi anak membantu mereka mengembangkan kesadaran emosional yang lebih tinggi (Lambie & Lindberg, 2016). Cukup dengan berkata, “Mama ngerti kamu lagi kecewa,” anak akan merasa perasaannya diakui. Sebaliknya, jika orang tua langsung merespons dengan, “Ah, itu mah sepele,” anak bisa merasa emosinya tidak penting, dan ke depan ia mungkin enggan bercerita lagi.


Kualitas Komunikasi Lebih Penting daripada Kuantitas

Banyak orang tua mengira bahwa komunikasi berarti harus selalu banyak berbicara dengan anak. Namun, kualitas interaksi jauh lebih penting dibandingkan seberapa sering percakapan terjadi. Alat ukur terbaru mengenai komunikasi emosi orang tua-anak menunjukkan bahwa respons yang penuh empati lebih berpengaruh dibandingkan panjangnya percakapan (Rieffe et al., 2024). Dengan begitu, bahkan percakapan singkat sebelum tidur bisa menjadi momen berharga bila diisi dengan perhatian tulus.


Kehangatan yang Menguatkan Kedekatan

Selain kata-kata, sentuhan lembut juga berperan besar dalam membangun keterikatan. Ritual sederhana seperti memijat ringan dengan minyak telon setelah mandi bisa menjadi kesempatan bagi anak untuk merasa nyaman dan bercerita lebih bebas. Kehangatan fisik memberi pesan emosional: “Aku disini untukmu, apa pun yang kamu rasakan.”


Konicare hadir untuk melengkapi momen bonding bersama anak. Dengan kehangatan alami dan aroma khas yang menenangkan, Konicare Minyak Telon dan Konicare Minyak Kayu Putih membantu meredakan perut kembung sekaligus memberikan rasa nyaman. Momen sederhana bersama anak akan semakin hangat, sehingga anak pun lebih terdorong untuk terbuka dan bercerita dengan leluasa. 


Bunda dan Ayah, setiap momen kecil bersama anak bisa menjadi kesempatan besar untuk menumbuhkan kehangatan dan keterbukaan. Jangan lewatkan inspirasi parenting penuh cinta lainnya, follow Instagram dan TikTok @bundakonicare untuk tips, cerita, dan rekomendasi perawatan anak setiap hari!




___

Referensi: 

Jeon, J., et al. (2024). Your feelings are reasonable: Emotional validation by parents relates to children’s persistence. Developmental Science. 

Weinstein, N., Hill, J., & Law, W. (2023). Balancing listening and action is key to supportive parenting. Current Opinion in Psychology, 50, 101625. 

Rieffe, C., et al. (2024). Development and validation of the short Parent–Child Emotion Communication Questionnaire (PEC). European Journal of Developmental Psychology. 

Lambie, J. A., & Lindberg, A. (2016). The role of maternal emotional validation and invalidation on children’s emotional awareness. Merrill-Palmer Quarterly, 62(2), 129–157. 




Artikel Terkait

BACK TO TOP